Pernikahan di Mata Seorang Imam (RD JS)

4/07/2016 aurelia.erique 0 Comments


Menikahi orang yang kamu cintai itu sudah biasa.
Karena mungkin itu cuma butuh waktu 3-4 tahun masa pengenalan, pacaran, tunangan, berantem-berantem, putus nyambung, dan akhirnya ditutup oleh sebuah keberanian (kadang sedikit nekad) untuk mengambil sebuah keputusan besar.

Keputusan besar itupun sebenarnya kamu ambil di saat raganya begitu sempurna di matamu,
di saat ada rasa nyaman pada saat hatimu ingin berlabuh,
di saat semangat mudamu dan dirinya bertemu dalam sebuah gejolak yang dinamakan cinta.

Yang jauh lebih luar biasa adalah mencintai orang yang kamu nikahi.

Karena dibutuhkan waktu seumur hidupmu dan hidupnya. Bahkan kadang "kematian" sekalipun tidak dapat memadamkan cinta.

Dibutuhkan lebih banyak kesabaran,
lebih banyak pengertian
dan lebih banyak pengorbanan.

Di saat kau sadari betapa ia merubah dirimu dan berapa dirinya juga merubah kehidupanmu.
Entah dalam arti positif ataupun sebaliknya.

Ada saat saat di mana kakimu akan tergoda untuk berkata "cukup, selesai sudah", namun hatimu masih terus berani melangkah.

Ada saat di mana hatimu serasa mati rasa,
Namun di saat bersamaan nuranimu berteriak "jangan menyerah".

Pernikahan memerlukan kebesaran hati, untuk menerima segala kebaikan dan juga kekurangan dirimu dan dirinya.

Kebesaran hati yang tidak cukup berhenti pada kata "maaf". Tetapi juga berani masuk merasakan betul pengalaman "ampun": entah mengampuni ataupun diampuni.

Biarlah cintamu dan cintanya tidak pernah padam, senantiasa berkobar sampai kesenjaan jiwa dan raga yang memisahkan.

Doaku untukmu dan untuknya,
Dari seorang Imam yang tidak merasakan suka duka pernikahan.

Diambil dari Facebook Cici ku Tersayang :) 

You Might Also Like

0 comments: